MATIUS 28:19 BUKAN UCAPAN
YESUS? |
Tanya
Bagaiamana membuktikan bahwa Matius 28:19 bukan ucapan
Yesus?
Jawab
Di zaman
Yesus dan murid-muridnya, mereka yang ingin menjadi anggota suatu kelompok harus
menyatakan kesetian mereka kepada kelompok tersebut melalui pembaptisan. Dalam
Islam cara ini disebut bai'at. Pada saat itu mereka yang ingin menjadi anggota
kelompok Yohanes Pembaptis atau muridnya, misalnya Apollo. Sebelum membentuk
kelompok sendiri, Yesus pernah menjadi anak buah Yohanes dan dibai'at (dibaptis)
atas nama Yohanes serta menyatakan kesetiaanya kepada Yohanes
Pembaptis.
"Pada waktu itu datanglah Yesus dari Nazaret di tanah
Galilea, dan la dibaptis di Sungai Yordan oleh Yohanes". (Markus
1:9)
Setelah
Yesus membentuk kelompok sendiri, mereka yang ingin masuk ke dalam kelompok
Yesus harus di bai'at (dibaptis) "atas nama" Yesus dan menyatakan kesetian
mereka kepada Yesus.
Oleh
karena itu pembaptisan atas nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus sebagaimana Matius
28:19 adalah aneh dan tidak masuk akal. Di zaman Yesus dan murid-muridnya tidak
pernah nama Bapa dan Roh Kudus diikut-ikutkan dalam upacara pembaptisan. Untuk
lebih jelasnya perhatikanlah pernyataan Pakar Pemikiran Kristen, Paul
Tillich dalam bukunya A History of Christian
Tnougnt.
-
"Baptism was the sacrament of entrance into the church...then he was baptized in the name o f Christ. Later on the name o f God the Father and the Spirit ware added".(Pembaptisan merupakan upacara memasuki suatu kelompok Kristen (gereja).... Lalu dia dibaptis atas nama Kristus. Kemudian barulah nama Tuhan Bapa dan Roh Kudus ditambahkan).
Di zaman
Yesus dan murid-muridnya ide Roh Kudus sebagai Tuhan atau sesuatu yang disembah
tidak pernah dikenal. Hal ini dengan jelas dapat dilihat dalam Kitab "Kisah Para
Rasul" ketika paulus menanyai murid Yohanes Pembaptis di
Eferus.
"Sudahkah kamu menerima Roh Kudus, ketika kamu
menjadi percaya: " akan tetapi mereka menjawab dia: "Belum, bahkan kami belum pernah mendengar, bahwa ada Roh
Kudus. " ( Ki s 19 : 2 )
Tanya
Apakah
para Pastor, Pendeta dan Penginjil mengetahui bahwa Yesus bukan Tuhan dan bahwa
Yesus tidak pernah mengajarkan Trinitas?
Jawab
Para
Pastor, Pendeta dan Penginjil telah ditatar oleh Para Pakar Alkitab bahwa Yesus
tidak pernah mengajarkan Trinitas bahwa Yesus bukanlah oknum kedua dari
Trinitas. Robert Funk, Professor Ilmu Perjanjian Baru, Universitas
Harvard menjelaskan:
-
"Jesus was nothing more than a man wi th avision f or d ecad es, they (the scholar) have taught it to generation of priest and ministers, who do not pass i t along to their f locks because they f ear the backlash o f anger. So the only ones le f t in the dark are ordinary Christians. "(Yesus hanyalah seorang manusia yang berpandangan luas selama berpuluhpuluh tahun, mereka (para pakar Alkitab) telah mengajarkannya kepada para pastor dan pendeta, yang pada gilirannya (para pastor dan pendeta ini) tidak menyampaikannya kepada jamaat mereka karena takut didamprat. Oleh sebab itu umat Kristianilah yang dibiarkan tetap berada dalam kegelapan)
Tanya
Siapa
yang mengajarkan Trinitas?
Jawab
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, mereka yang memperkenalkan dan
mengajarkan Trinitas adalah para pemimpin Gereja yang umumnya memiliki latar
belakang paham penyembah berhala. Buku Should You Believe in the Trinity
yang diterbitkan oleh Watchtower and bible Tract Society of Pennsylvania,
1989 menjelaskan:
-
"Throughout the ancient world, as f ar back as Babylonia the worship o f pagan gods grouped in triplets were common. This practice was a(so prevalent, be f ore, during, and a f ter Christ in Egypt, Greece and Rome".(Dunia di zaman purbakala, sejak masa kerajaan Babilonia, sudah terbiasa menyembah berhala, tiga Tuhan dalam satu. Kebiasaan ini juga banyak ditemukan di Mesir, Yunani dan Romawi, baik sebelum, selama, maupun sesudah Yesus)
Cave
dalam bukunya Is the Trinity Doctrine divinely Inspired?,
menambahkan:
- "A f ter the death o f the Apostles, such pagan belie f s began to invade Christianity"(Sesudah kematian murid-murid Yesus, kepercayaan penyembah berhala ini kemudian merasuk ke dalam agama Kristen)
Filsafat
Platonis dan Stoic yang diajarkan Plato (?-347 SM) dan Zeno (?-263 SM) tentang
Logos menjadi jembatan untuk mempertuhankan Yesus menuju konsep Trinitas yang
dinanti-nantikan para penyembah berhala untuk dikawinkan dengan ajaran Kristen.
Ajaran tiga Tuhan dalam satu yang dianut para penyembah berhala inilah yang
menginspirasi para pemimpin Gereja unutk mengembangkan ajaran tersebut dalam
Kristen. Upaya para pemimpin Gereja yang saat itu dikenal dengan golongan
Apologis untuk mengawinkan ajaran filsafat Yunani dengan ajaran Kristen
dijelaskan oleh Paul Tilich dalam bukunya A History of Christian Thought sebagai
berikut:
-
"The Apologist arose to attempt a joining of Christianity dan Greek thought"
(Para pemimpin Gereja yang umumnya Aplogis (mereka yang ingin mengawinkan filsafat Yunani dengan ajaran Kristen) bangkit untuk mencoba mengawinkan ajaran Kristen dengan filsafat Yunani)
Di satu
pihak umat Kristen memiliki Yesus yang diambil dari Yahudi, sememtara dipihak
lain, para pengikut ajaran Platonis dan Stoic memiliki Logos yang diambil dari
Plato (?-347 SM) dan zeno (?-263 SM). Hasil akhir dari perpaduan keduanaya yang
diterima oleh umat Krsistiani adalah Logos Yesus. Yesus bukan lagi sekedar
seorang Nabi Isa untuk bani Israel, tetapi sudah berubah
menjadi
Yesus
baru yang penuh dengan embel-embel Platonis dan Stoic- Yesus Kristus anak Allah,
perantara antara Tuhan dan manusia, Tuhan dan juru selamat.
Athanasius kemudian menambahkan satu Tuhan lagi yakni Roh Kudus untuk
melengkapi Ketuhanan Kristen menjadi Tiga dalam Satu (Trinitas), persis seperti
ajaran Ketuhanan Agama Mesir, dimana Athanasius berdomisili.
Pengaruh
agama Mesir terhadap Kristen dijelaskan oleh Cave sebagai
berikut:
-
"The Trinity was a major preoccupation of Egytian theologians.... Three gods are combinet and treated as single being, addressed in the singular. In this way the spiritual force of Egyptian religion shows a direct ling with Christian theology"(Trinitas merupakan paham utama para penganut agama Mesir.... Tiga Tuhan bersatu dan diperlakukan sebagai satu, yang disebut esa. Dalam hal ini nampak kekuatan spiritual agama Mesir yang langsung mempengaruhi agama Kristen)
Tanya
Mengapa
para pemimpin Gereja mencetuskan ajaran-ajaran seperti trinitas yang tidak ada
dasarnya dalam Alkitab?
Jawab
Apa saja
yang ditetapkan oleh Kaisar Romawi dan para pemimpin Gereja dianggap benar, sah
dan berlaku untuk umat pada saat itu. Kebenaran dalam Kristen berubah dari satu
konsili ke konsili lainnya. Kebenaran sangat tergantung kepada golongan mana
yang mayoritas dalam konsili, atau golongan mana yang didukung oleh Kaisar
Romawi. Oleh karena itu, kutuk mengutuk dalam setiap konsili merupakan hal yang
lumrah. Ignatius dalam suratnya kepada orang-orang Smyrna
mengatakan:
-
"Where the bishop is, there the congregation should be Prophets who appear may be riqht or wrong, but the bishop is right, because the bishop were the representative of the true doctrine"(Apa saja pendapat sikap uskup, jemaat harus mengikutinya. Para Nabi boleh benar atau salah, tetapi uskup selalu benar, karena uskup adalah yang mewakili ajaran yang benar)
Keputusan-keputusan Gereja yang di luar ajaran Yesus dilindungi oleh
hukum keimanan (regulafidei). Apa yang sudah diyakini dan diucapkan oleh
pemimpin Gereja menjadi hokum yang mutlak berlaku, walaupun tidak ada dasarnya
atau tidak sejalan dengan Alkitab.
Alhasil
ajaran Trinitas tumbuh subur dan berkembang dari satu konsili ke konsili
lainnya, bukan karan ajaran Trinitas merupakan ajaran yang dipetik dari ajaran
murni Yesus, tetapi karena kaisar Romawi mendukung ajaran ini menjadi ajaran
resmi kerajaan.
Tanya
Mengapa
orang-orang Romawi begitu mudah menerima Yesus sebagai Tuhan
mereka?
Jawab
Karena
tersebarnya berita bahwa "katanya" Yesus mati, "katanya" Yesus bangkit kembali
pada hari ketiga, "katanya" terangkat ke surga. Mereka tidak pernah melihat atau
bertemu dengan Yesus apalagi tinggal bersama-sama dengan beliau. Mereka
menciptakan cerita tentang kamatian, kebangkitan serta
terngkatnya Yesus ke sorga sesuai dengan kepentingan mereka, lama setelah Yesus
tiada.
Uskup
Agung Prof. David Jenkins, salah seorang pemimpin Gereja tertinggi di
Inggris, dalam wawancaranya dengan TV di London dalam program "Credo" menegaskan
bahwa ajaran Ketuhanan dan Kabangkitan Yesus sesungguhnya
tidak benar.
-
"Were not strictly true but were added to the story of Jesus by the early Christians to express their faith in him as a Messiah"(Ajaran tentang ketuhanan dan kebangkitan Yesus sesungguhnya tidaklah benar, tetapi baru ditambahkan dalam cerita tentang Yesus oleh para penulis Kristen untuk mendukung keimanan mereka (bahwa Yesus) adalah Kristus)
Merekapun
merubah, menambahkan atau mengurangi ucapan-ucapan Yesus, atau sekalian
menciptakan ucapan-ucapan baru dan mengatakan bahwa ucapan tersebut diucapkan
Yesus (misalnya Matius 28:19) hanya untuk mendukung keimanan mereka tentang
Tuhan mereka yang mati, bangkit kembali lalu terangkat ke
sorga.
Prof.
Alvar Ellegard dalam bukunya Jesus One Hundred Year Before Christ ha1.19,
mendukung kenyataan ini dengan mengatakan"
-
"Their aim was to launch a story which brought aout the conception abouth Jesus that they and their churches had formed, from whatever material they found suitable: historical sources, fictional stories, imagination."
(Tujaun mereka adalah untuk meyebarkan cerita tentang Yesus yang dikemas sesuai dengan ajaran yang ditetapkan oleh gereja mereka yang dipungut dari berbagai sumber yang cocok dengan keinginan mereka: baik dari sumber sejarah, cerita dongeng, maupun khayalan).
Tanya
Mengapa
murid-murid Yesus, keluarga, famili maupun pengikutnya tidak percaya pada
Trinitas atau menyembah Yesus sebagai Tuhan?
Jawab
Mereka
hidup siang malam dengan Yesus. Saudara-saudaranya, ibunya, familinya melihat
Yesus lahir dan tumbuh sebagai seorang bayi. Dalam kenyataan seperti itu, mereka
tentu tidak mungkin membayangkan bahwa yang menangis dalam ayunan atau basah
guritanya adalah Tuhan yang pernah berpartisipasi dalam penciptaan jagat raya
atau penguasa alam semesta. Begitu pula murid-murid seta para pengikutnya.
Mereka melihat Yesus sebagai seorang Rabi (guru) mengajarkan Taurat dan
berkhotbah di rumah ibadat setiap hari sabtu. Dari berbagai sumber yang dapat
diperolah, tidak satu pun pertanda bahwa Yesus pernah disembah sebagai Tuhan di
Rumah Ibadat. Murid dan pengikutnya mengenal dirinya sebagai pemimpin mereka,
sebagai tuan mereka, malah sebagai nabi, tetapi sama sekali mereka tidak akan
pernah menganggap bahwa yang naik berkhotbah di mimbar adalah "Tuhan penguasa
alam semesta."
"Dan mereka berusaha menangkap Dia, tetapi mereka takut
kepada oranq banyak karena orang banyak itu mengangap dia nabi". (Matius
21:46)
Tanya
Apakah
Yesus tidak membimbing murid-muridnya tentang siapa dirinya dan siapa Tuhan
Allah?
Jawab
Yesus
telah mengajarkan syahadah sebagai pegangan bagi murid-murid dan
pengikut-pengikutnya agar tidak tercampak ke neraka.
"Inilah hidup yang kekal itu (masuk sorqa), yaitu bahwa
mereka menqenal Engkau (Allah) satu-satunya Tuhan yang benar. Dan mengenal Yesus
Kristus yang Engkau utus". (Yohanes 17:3)
Kalau
dibahasa Arabkan mirip dengan kalimat syahadat. "Asyhadu Allah ilaha illallah,
wa asyhadu anna Isa Rasulullah"
Anak
kalimat pertama "mengenal engkau satu-satunya Allah yang benar" berarti Allah
(juga Tuhannya Yesus) adalah Tuhan yang benar. Jadi kalu ada Tuhan lain yang
diperkenalkan orang, itu berarti tuhan-tuhanan saja, karena Tuhan yang benar
hanyalah satu yakni Tuhan Allah. Dengan demikian Yesus bukan Tuhan. Anak kalimat
kedua, "dan mengenal Yesus Kristus yang Engkau utus", memperlihatkan bahwa Yesus
di utus oleh Allah sebagai Rasul untuk bani Israil. Oleh karena itu Yesus bukan
Tuhan karena dari semua Injil dalam Alkitab, tidak ada pernyataan bahwa Tuhan
mengutus diriNya, melaikan Tuhan mengutus Yesus sebagai Rasul.
"Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan
menyelesaikan pekerjaan yanq Engkau berikan kepadaku untuk melakukannya".
(Yohanes 17:4)
Dua zat
yang berbeda Al-Khalik, Allah, dan makhluk, Yesus, tidak akan saling tumpah
tindih satu sama lain. Allah tidak akan menerima perintah dari dirinya
sendiri.
Untuk
menghilangkan keraguan dan kebingungan perhatikanlah syahadat serupa yang
diperkenalkan oleh Nabi Muhammad SAW. Andaikata umat Kristiani tetap berpegang
teguh pada ajaran Tauhid yang diajarkan Yesus, tentu mereka tidak akan begitu
saja menerima ajaran asing untuk mempertuhankan Yesus, dan ajaran Trinitas tidak
akan mencemari keimanan sekitar satu milyar penduduk bumi.
Tanya
Apakah
benar bahwa Yesus bukan Tuhan yang harus di sembah?
Jawab Ya,
benar!
1. Yesus
mengajari umatnya agar hanya menyembah Allah. Dia tidak pernah memerintahkan
murid-muridnya untuk menyembah dirinya dengan alasan bahwa Allah berada di dalam
dirinya.
"Engkau harus menyembah Tuhan Allahmu, dan hanya kepada
Dia sajalah Engkau berbakti" (Matius 4:10)
" Karena itu berdoalah demikian: 'Bapa kami yang di
sorga"' (Matius 6:9)
2. Yesus
adalah guru Yahudi yang mengajarkan Taurat untuk hanya menyembah Tuhan
Allah.
"Denqarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan
itu esa". (Markus 12:29)
Kata
"Tuhan itu Esa" berarti Tuhan tidak ada dalam diri Yesus. Andaikata Tuhan itu
adalah dirinya, atau ada dalam dirinya, maka dengan tegas
beliau akan mengatakan "Tuhan ini" sambil menunjuk dirinya.
3. Ketika
Yesus akan ditangkap di taman Getsemani semua muridnya lari meninggalkan
beliau.
"Lalu semua murid itu meninggalkan Dia dan melarikan
diri" (Markus 14:50)
Coba
bayangkan! Ketika "Tuhan" dalam keadaan genting mereka semua lari meninggalkan
dia. Kepada siapa murid-muridnya mencari perlingdungan? Kepada setan? Bukankah
yang mereka tinggalkan adalah Tuhan? Padahal "katanya" segala kuasa di sorga dan
di bumi telah diserahkan oleh Tuhan Allah kepada "Tuhan" Yesus? (Matius
28:18)
Kalau
memang murid-murid Yesus yakin bahwa Yesus adalah Tuhan Penguasa Alam Semesta,
dimana segala kuasa disorga dan di bumi sudah diberikan kepada beliau, untuk apa
mereka lari?
Ini ikut
membuktikan bahwa Matius 28:18 adalah ayat palsu yang tidak pernah
diucapkan oleh Yesus.
Disinilah
akal sehat yang dianugrahkan Allah perlu digunkan untuk menyaring mana yang
masuk akal, mana yang tidak. Kalau Tuhan berkehendak, sekali tiup saja, tentara
Romawi sudah berterbangan seperti kertas di hembus badai.
Tetapi
tidak! Mereka menyadari bahwa Yesus adalah pemimpin mereka. Namun mereka tidak
pernah menganggap Yesus sebagai Tuhan yang mereka sembah. Buktinya dalam keadaan
kepepet, mereka lebih memilih menyelamatkan diri dan membiarkan "Tuhan" mereka
ditangkap dan dihukum salib oleh tentara Romawi.
Tanya
Kalau
Yesus dengan jelas mengajarkan kepada umatnya untuk hanya menyembah Tuhan Allah,
mengapa umat Kristiani masih saja menyembah Yesus?
Jawab
Sebagaimana dijelaskan bahwa menurut teologi Yunani, manusia yang
berdosa tidak dapat berhubungan / minta tolong langsung kepada Tuhan yang mulia.
Untuk menyelamatkan manusia dari dosa mereka, diperlukan perantara/ wakil Tuhan
(Logos) untuk urusan dunia. Wakil Tuhan (Logos) inilah yang mengurusi segala
tetek bengek kaluhan manusia. Para teolog yunani yang kemudian memeluk agama
Kristen atau para pemimpin Gereja yang ingin mengawinkan ajaran Kristen dengan
teologi Yunani, kemudian menganggap Logos yang roh telah menjadi manusia lengkap
dengan daging dan tulang agar mudah menyelamatkan mereka untuk kembali bersatu
dengan Tuhan.
Oleh
sebab itu, agar manusia dapat bersatu dengan Tuhan kelak (similitudo), maka
manusia harus berbaik-baikan dengan logos yang "katanya" sudah menjadi Yesus,
menerimanya sebagai juru selamat, atau sekalian menyembahnya sebagai Tuhan
karena ia telah "diserahi segala wewenang urusan dunia".
Kalau
tidak, Yesus bisa saja "Lepas tanqan" atau "mempeti-eskan" permohonan
pengampunan dosa manusia dan akibatnya manusia akan tetap menderita dikurung di
pegadaian setan. Ajaran inilah yang diajarkan Paulus
kepada
para penyembah berhala di Roma, Korintus, Efesus, Filipi,Tesalonika, Laudica dan
lain-lain. Ajaran yang tidak pernah diajarkan Yesus ini, oleh Gereja kemudian
ditetapkan sebagai salah satu doktrin ajaran kristen.
Yesus
mengajarakan: "Bertobatlah kepada Allah". Paulus mengajarkan: "Bertobatlah
kepada Yesus".
Umat
Kristen ternyata ramai-ramai ikut ajaran Paulus. Disini jelas kelihatan bahwa
umat Kristen lebih taat kepada Paulus daripada kepada Yesus.
Tanya
Apakah
kalau seseorang menyembah Yesus sudah berarti sekalian menyembah Tuhan Allah,
karena menurut Hamran Ambrie dalam bukunya "Keilahian Yesus Kristus dan Allah
Tritunggal Yang Esa" ha1.87, bahwa: "Allah yang roh itu tinggal diam atau
berkarya atau berkuasa dalam pribadi Yesus. "? Untuk ini Hamran Ambrie mengutip
Injil Yohanes 14:10)
"Tidak percayakah engkau, bahwa Aku di dalam Bapa dan
Bapa di dalam Aku?" (Yohanes 14:10)
Jawab
1. Ayat
diatas kalau hanya dibaca tersendiri akan dapat menyesatkan. Penjelasan Hamran
Ambrie merupakan contoh yang paling baik bagaimana seseorang dengan iktikad
tertentu memanfaatkan suatu ayat keluar dari konteksnya hanya karena didorong
oleh keinginan untuk mempertuhankan Yesus.
Untuk itu
baiklah kita ulas ayat diatas sesuai konteksnya agar lebih
jelas.
•
Dalam Injil Yohanes 14:10, Yesus mengatakan :
"Tidak percayakah engkau, bahwa Aku di dalam Bapa dan
Bapa di dalam Aku ".
Apa
artinya ini? Apakah Allah ada di dalam diri Yesus seperti yang diklaim oleh
Hamran Ambrie?
• Untuk
memahaminya marilah kita menelusuri penjelasan dari Yesus sendiri. Perhatikanlah
Yohanes 14:20: "Pada waktu itulah kamu akan tahu, bahwa Aku di dalam
BapakKu dan kamu di dalam Aku dan Aku di dalam kamu".
•
Perhatikanlah baik-naik ayat ini. Kalau kita sepakat bahwa Allah bersatu dalam
diri Yesus berdasarkan injil Yohanes 14:10, maka secara jujur kita pun harus
menerima bahwa 12 murid-murid Yesus bersatu dalam diri Yesus dan Tuhan Allah
menjadi 14 oknum dalam satu Tuhan berdasarkan Injil Yohanes
14:20.
• Lalu
kalau kita mengatakan tidak dan memang tidak. Untuk apa arti kata "di dalam"
tersebut?
•
Jawabannya ada pada ayat-ayat berikutnya!
"Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh
Bapakku dan Aku pun akan mengasihi dia..." (Yohanes
14:21)
"Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikian juga Aku
telah mengasihi kamu, tinggallah di dalam kasihku itu. Jikalau kamu menuruti
perintahku, kamu akan tinggal di dalam kasihKu. Seperti aku menuruti perintah
Bapaku dan tinggal di dalam kasihNya. " (Yohanes 15:9)
Tanpa
diperjelas lagi, kedua ayat di atas sudah memberikan penjelasan yang terang
benderang bahwa yang dimaksud dalam istilah "di dalam" pada Yohanes 14:10 adalah
"di dalam kasih", bukan tumpang tindihnya Tuhan Allah yang Roh dalam tubuh
Yesus! ! !
2. Dalam
berbagai kesempatan, Yesus berdoa kepada Allah dengan menengadahkan kepalanya ke
langit sambil mengangkat tangan memohon pertolongan Tuhan. Kalau Allah ada dalam
dirinya, untuk apa lagi beliau mengangkat tangannya keatas serta menengadahkan
kepalanya ke langit? Ada siapa diatas sana???
"... Yesus menengadah ke langit dan mengucapkan
berkat,..." (matius 14:19)
"... Dan terdengarlah suara dari langit: "Engkaulah
Anak yang Kukasihi, kepadamulah Aku berkenan". ( Lu kas 3: 22
)
"Lalu Yesus menegadah ke atas dan berkata `Bapa, Aku
mengucapkan syukur kepadaMu, karena Engkau telah mendengarkan aku". (Yohanes
11:41).
Kalau
benar-benar Tuhan ada dalam dirinya, ya, diam saja atau komatkamit sambil
memandang dirinya sendiri. Dari semua ayat-ayat Alkitab, tidak satu pun yang
memperlihatkan bahwa Yesus pernah berdo'a memohon kepada Allah yang ada dalam
dirinya. Mudah-mudahan adegan yang tidak lucu ini, memang tidak pernah terjadi
dalam kehidupan Yesus.
3. Setiap
saat Yesus selalu mengatakan bahwa Allah ada di sorga, bukan dalam
dirinya.
"Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti
Bapakmu yang di sorga adalah sempurna." (Matius 5:48)
"Ingatlah, jangan kamu melalukan kewajiban agamamu di
hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh
upah dari Bapamu di sorga. " (Matius 6:1).
4. Dalam
berbagai kesempatan Yesus berdoa memohon kepada Allah serta mengajarkan umatnya
untuk berdoa langsung kepada Tuhan Allah/Bapa. Yesus tidak pernah berperan
sebagai perantara doa atau mengatakan kepada para pengikutnya untuk berdoa
melalui dirinya, nanti beliau yang akan mengangkut doa-doa tersebut ke hadirat
Tuhan Allah. "Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami di sorga,
dikuduskanlah namaMu". (Matius 6:9).
5. Kalau
memang Yesus sudah menyatakan dengan tegas bahwa dirinya adalah Tuhan yang harus
di sembah, serta sudah ada standar untuk menyembahnya sejak beliau masih hidup,
mengapa harus ada pertumpahan darah serta penganiayaan yang sedemikian hebat
selama berabad-abad? Ini memperlihatkan bahwa di saat suatu golongan ingin
mempertahankan Tauhid murni, golongan lain yang ingin mempertuhankan Yesus
berusaha menyelipkan filsafat asing untuk merusak kemurnian
Tauhid.
6. Tahun
325M dalam konsili di Nicea, Kaisar Romawi, Constatine, bersama pemimpin Gereja
yang ingin mempertuhankan Yesus, menaklukkan kelompok Tauhid dan mengeluarkan
pernyataan resmi bahwa Yesus adalah Tuhan. Oleh sebab itu setiap ayat Injil yang
mengarah kepada ketuhanan Yesus dapat dianggap sebagai ayat-ayat yang baru
diciptakan kemudian.
Tanya
Mengapa
orang-orang Romawi senang mempertuhankan Yesus?
Jawab
Karena
mereka sangat rindu ingin melihat wajah dan tampang Tuhan berjalan di muka bumi.
Selama ini tuhan-tuhan mereka adalah tokoh-tokoh khayalan seperti Zeus, Mithra,
Osiris dan lain-lain, yang tidak ada kongkritnya di bumi. Istilah "Imanuel"
(Tuhan bersama kita) adalah cetusan kerinduan yang menginginkan Tuhan hadir di
depan mata mereka dalam jasad kasar. Oleh karena itu ketika Paulus
memperkenalkan bahwa "Anak Allah yang baru" adalah Yesus yang pernah turun ke
dunia beberapa puluh tahun yang lalu, mereka sangat berbahagia dan ingin segera
memiliki pengalaman rohani dengan Anak Allah yang baru tersebut. Manakala mereka
tidak melihat Yesus secara langsung, maka gambar atau patungnya pun sudah cukup
untuk membayangkan bahwa mereka sudah berhadapan dengan Tuhan.
"Hai orang-orang Galatia yang bodoh, siapakah yang
telah mempesona kamu? Bukankan Yesus Kristus yang disalibkan itu telah
dilukiskan dengan terang di depanmu?... Sia-siakah semua yang telah kamu alami
(pengalaman rohani) sebanyak itu? (Galatia 3:1,4)
Gereja
Romawi dan Gereja-gereja Bagian Barat lainnya menjadi pelopor ajaran Tuhan turun
ke bumi mengambil bentuk manusia dalam diri Yesus. Keinginan ini tercermin jelas
dalam cara mereka menafsirkan Kitab Kejadian 1:26 dimana manusia Yesus dianggap
sebagai fotokopi Tuhan yang ada di muka bumi.
"Berfirmanlah Allah: `Baiklah kita menjadikan manusia
menurut gambar dan rupa kita" (Kejadian 1:26)
Tanya
Mengapa
orang-orang Romawi butuh Tuhan yang turun ke bumi?
Jawab
Untuk
menebus dosa mereka. Menurut filsafat Yunani, Adam sebagai manusia berdosa
mewariskan dosanya kepada seluruh keturunannya. Agar dosa ini terampuni,
seseorang yang memiliki keilahian harus menyelamatkan manusia melalui darahnya.
Manusia seperti ini menurut Paulus adalah Yesus. Untuk memenuhi status baru ini,
maka Yesus harus diberi gelar Anak Allah, Tuhan dan Juru Selamat. Dengan
demikian Yesus menjadi Tuhan yang berjalan-jalan di bumi.